Tugas makalah sejarah Aceh I
ZAMAN SULTAN ISKANDAR MUDA (1607-1636)
OLEH:
FARAH DAYANA (1006101050010)
DEVI YULIA SARI (1006101050008)
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2011
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini.
kami sadari bahwa penulisan makalah ini dapat berjalan dengan lancar berkat motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui pengantar ini kami mengungkapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami, yaitu orang tua, dosen pembimbing.
kami menyadari bahwa makalah ini mungkin belum sempurna. Oleh karena itu laporan ini masih membutuhkan masukan agar makalah ini menjadi lebih baik dan sempurna. Berkaitan dengan hal tersebut kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, khususnya dari dosen pembimbing.
Banda Aceh, 14 Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang……..............................................................................1
B.Tujuan…………………........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. TOKOH ISKANDAR MUDA
1. ASAL-USUL.........................................................................3
2. TANGGAL KELAHIRAN..................................................4
3. MASA KANAK-KANAK SEORANG RAJA...................4
4. NAMA ISKANDAR MUDA..............................................4
5. MASA KEKUASAAN........................................................6
6. PEMILIHAN PENGGANTI...............................................6
7. KEBESARAN ISKANDAR...............................................7
BAB III PENUTUP…………………………………………………..8
A. Kesimpulan ...............................................................................8
B. Saran…………………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesudah Valentijn, maka yang pertama-tama menaruh perhatian khusus pada sejarah kesultanan Aceh, sudah tentu William Masrden: dialah yang membawa pulang ke Eropa naskah-naskah Aceh yang pertama dan menyerahkannya kepada Kings College. Dalam jilid ke dua dari karangannya, History of Sumatra yang memberi gambaran kasar yang pertama dari sejarah Aceh, berupa cerita yang masih sangat kurang sempurna. Tapi yang dibetulkannya dalam edisu kedua untuk itu dipakainya sebuah kronik berbahasa melayu yang sementara itu diperolehnya. Meskipun demikian teksnya mengandung beberapa kesalahan besar; salah satu diantaranya ialah Iskandar Muda disebutnya wafat pada tahun 1641 dan tidak pada tahun 1636.
Pada awal abad ke 19 terbitlah beberapa artikel pendek yang kebanyakan merupakan terjemahan dalam karangannya, “bibliotheque malaye” ( JA, Februari 1832,hlm.111), E. Jacquet mencatat sebagai nomor 19 sebuah “sejarah (raja-raja) Aceh (atau biasanya Atjin)”, lalu ia menambahkan bahwa “ tuan Masrden mempunyai 2 eksemplar; ada eksemplar ke 3 yang diberikannya kepada perpustakaan societe di London, Ed. Dulaulier-lah yang pada tahun 1839 memberi terjemahan kronik itu dalan joernal Asiatique. Isinya tidak lebih dari serentetan nama raja belaka, dan angka tahunnya tidak selalu sesuai dengan petunjuk-petunjuk dalam inskripsi-inskripsi makam yang masih ada. Pada tahun 1850 T. Braddell memberi terjemahan beberapa bagian dari adat Aceh tanpa mengindahkan sifat dokumen yang serba macam itu ataupun zaman ditulis bagian-bagiannya. Akan tetapi perlu dikemukakan bahwa pengarang tersebut mempunyai rasa simpati yang sangat besar terhadap bangsa aceh, suatu hal yang sesudahnya tidak baklal terdapat lagi.
Pada tahun 1850 itu di Inggris sedang berlaku perdagangan bebas dan Braddell yang mengira bahwa dengan “undang-undang niaga” yang dianggapnya berasal dari iskandar Muda itu telah ditemukannya suatu contoh liberalisme, mengagungkan “undang-undang niaga itu yang dasarnya telah dapat dijadikan teladan bagi negara Eropa yang manpun pada abad 17”.
B.Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji bagaimana perjuangan Sultan Iskandar muda dalam memimpin kerajaaan aceh hingga menjadi kerajaan yang makmur, serta kita mengetahui bagai mana asal usul Sultan Iskandar muda.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tokoh Iskandar Muda
1. Asal usul
Pada mulanya ada seorang pangeran dari lamri yang bernama Munawar syah, keturunan iskandar zulkarnain. Dari seorang putri “berdarah putih”, peri khayangan, keturunan Maha bisnu, Munawar syah mendapatkan dua putra: Syah muhammad dan Syah mahmud. Mereka pun memperistri putri khayangan. Dari pihak leluhur ibu, iskandar keturunan keluarga raja Darul-kamal, dan dari pihak leluhur ayah keturunan keluarga raja mahkota alam. Kita masih ingat bahwa Drul-kamal dan mahkota alam dikatakan dahulu merupakan dua tempat pemukiman bertetangga(yang terpisah oleh sungai)dan yang gabungannya merupakan asal mula Dar us-Salam. Iskandar muda seorang diri mewakili kedua cabang itu, maka berhak sepenuhnya menuntut tahta ibunya, putri raja Indra bangsa, yang juga dinamakan paduka Syah alam, adalah anak Alaad-Din Ri’at syah, sultan Aceh dari 1589-1604: Sultan ini anak Sultan Firman syah, dan Sultan Firman Syah anak atau cucu ( menurut Djajadininggrat)Sultan Inayat Syah, raja Dar ul-Kamal.
Putri raja indra bangsa menikah dengan upacara besar-besaran ( dalam hikayat aceh ada cerita terperinci mengenai pesta perkawinan itu) dengan Sultan Mansyur Syah, anak Sultan Abd ul-Jalil; Sultan Abd ul-jalil adalah anak sultan ‘Alaad-Din Ri’ayat Syah al-kahhar ( sultan Aceh dari kira-kira 1539-1571); yang belakangan ini keturunan raja mahkota alam yang pertama ( yang disebut Muzafar Syah dalam hikayat Aceh, tetapi yang dinamakan Munawar Syah dalam reskonsitusi yang disusun Djajadiningrat). Menurut Ala ad-Din Ri’ayat Syah, maka Mansyur Syah ( ayah dari orang yang kemudian dinamakan Iskandar Muda) lebih layak diberi mahkota itu dari pada dia, tetapi Mansyur Syah agaknya menolak kehormatan itu dengan alasal umurnya masih terlalu muda. Akan tetapi Mansyur Syah yang sebenarnya harus menggantikan mertuanya, gugur ketika menduduki Ghuri, kerajaan kecil di pantai timur sumatra yang rajanya pernah menyerang aceh, maka jalan terbuka bagi anaknya.
2. Tanggal kelahiran
Tanggal kelahiran Iskandar tidak diketahui dengan pasti menurut keterangan hikayat, perkawinan Mansyur Syah dengan putri raja Indra bangsa diadakan “sewaktu pemerintahan Sultan ‘Ala ad-Din, anak sultan Ahmad dari perak” yang dari sumber lain kami ketahui memerintah dari 1579-1585 hikayat mengenaskan bahwa putri raja Indra bangsa hamil”beberapa waktu sesudah pernikahannya. Ada alasan untuk menganggap Iskandar lahir kira-kira tahun 1583. kalau begitu, dan 54 tahun waktu wafat.
3. Masa kanak-kanak seorang raja
Dalam hikayat Aceh dijelaskan cara pangeran muda itu tumbuh besar. Ketika umur nya 4 tahun kakeknya yang menyayanginya secara khusus memberikan “gajah mas dan kuda mas akan permainan”, lalu sebuah mainan otomatis yang berupa dua biri-biri yang dapat bertarung, lalu gasing dan kelereng dari emas atau dari suasa. Kekita ia berumur 5 tahun , kakeknya memberinya anak gajah yang bernama bernama Indra jaya sebagai teman main. Pada umur 7 tahun, anak itu sudah berburu gajah liar, : pada umur 8 tahun ia suka bermain perahu di sungai mengatur perang-perangan laut dengan meriam-meriam kecil; pada umur 9 tahun ia membagi teman-temannya menjadi dua pihak untuk main perang-perangan sambil membangun benteng-bentengan kecil: pada umur 12 tahun ia berburu kerbau yang berbahaya. Waktu mencapai umur 13 tahun ia mulai belajar dengan bimbingan Fakih Raja Indra Purba. Tak lama kemudian pangeran muda itu sudah pandai membaca AL-QUR’AN. Lalu seorang guru anggar ditugaskan mengajarnya kepandaian main anggar dalam satu hari diajarnya dua ratus”jurus” yang berbeda-beda.
4. Nama”Iskandar muda”
Di sisni timbil persoalan yang rumit. Dinyatakannya bahwa tak ada satu pun naskah sebelum wafatnya Sultan, baik yang berasal dari aceh maupun dar Eropa, yang menyebut nama itu. Oleh hikayat aceh pangeran muda itu hanya disebut dengan nama-nama pancagah, Johan alam dan Perkasa alam, sedangkan nama Iskandar tidak terdapat didalamnya. Hal ini tak membuktikan apa-apa karena naskah itu berhenti jauh sebelum raja itu naik tahta. Ada alasan lain yang dikemukakan dalam sepucuk surat kepada James I dari Inggris, yang tertanggal 1024 H (1613) pangeran itu dinamakan dirinya “Sri Sultan Perkasa Alam Juhan berdaulat yang bergelar Makuta alam” dan gelar Makuta alam itu rupanya hanya terdapat dalam kata persembahan sebuah karya Syams ud-Din dari pasi.
Cukup lah hal itu menyatakan bahwa “Iskandar Muda” hanyalah gelar anumerta ada tanda-tandanya yang dapat menimbulkan pendapat yang berlawanan. Kronik yang diterjemahkan Dulaurier mengatakan dengan jelas bahwa sang pangeran di beri nama Iskandar Muda pada hari penobatannya. “ Maka kerajaan Maharaja darma (di) Wangsa Tun pangkat bergelar Iskandar Muda pada hari itu jua. Dalam adat Aceh dikatakan bahwa pada tahun 1015 H atau 1606 M (tepat pada tahun penobatannya) Paduka Sri Sultan Iskandar Muda Johan berdaulat itu memerintahkan diadakannya kompilasi tarakata atau perintah-perintah raja, pada tahun 1045 H atau 1635 M ( tahun pemerintahannya berakhir ), Paduka Sri sultan Iskandar Muda Johan berdaulat mengeluarkan apa yang kami namakan maklumat monopoli. Perlu ditambahkan bahwa Djajadiningrat menyebut adanya sebuah mas dari aceh dengan tulisan Iskandar Muda “anak mansur”.Masa kekuasaan.
Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda yang dimulai pada tahun 1607 sampai 1636, merupakan masa paling gemilang bagi Kesultanan Aceh, walaupun disisi lain kontrol ketat yang dilakukan oleh Iskandar Muda, menyebabkan banyak pemberontakan di kemudian hari setelah mangkatnya Sultan. Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya. Menurut seorang penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau. Kekuasaan Aceh pula meliputi hingga Perak. Ketika Iskandar Muda mulai berkuasa pada tahun 1607, ia segera melakukan ekspedisi angkatan laut yang menyebabkan ia mendapatkan kontrol yang efektif di daerah barat laut Indonesia.[1] Kendali kerajaan terlaksana dengan lancar di semua pelabuhan penting di pantai barat Sumatra dan di pantai timur, sampai ke Asahan di selatan.
Pelayaran penaklukannya dilancarkan sampai jauh ke Penang, di pantai timur Semenanjung Melayu, dan pedagang asing dipaksa untuk tunduk kepadanya. Kerajaannya kaya raya, dan menjadi pusat ilmu pengetahuan. Sri Sultan Iskandar Muda kemudian menikah dengan seorang Putri dari Kesultanan Pahang. Putri ini dikenal dengan nama Putroe Phang. Konon, karena terlalu cintanya sang Sultan dengan istrinya, Sultan memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman Istana) sebagai tanda cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit-bukit. Oleh karena itu Sultan membangun Gunongan untuk mengubati rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi.
5.Masa kekuasaan
Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda yang dimulai pada tahun 1607 sampai 1636, merupakan masa paling gemilang bagi Kesultanan Aceh, walaupun disisi lain kontrol ketat yang dilakukan oleh Iskandar Muda, menyebabkan banyak pemberontakan di kemudian hari setelah mangkatnya Sultan. Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya. Menurut seorang penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau. KekuasaanAceh pula meliputi hingga Perak. Ketika Iskandar Muda mulai berkuasa pada tahun 1607, ia segera melakukan ekspedisi angkatan laut yang menyebabkan ia mendapatkan kontrol yang efektif di daerah barat laut Indonesia. Kendali kerajaan terlaksana dengan lancar di semua pelabuhan penting di pantai barat Sumatra dan di pantai timur, sampai ke Asahan di selatan.
Pelayaran penaklukannya dilancarkan sampai jauh ke Penang, di pantai timur Semenanjung Melayu, dan pedagang asing dipaksa untuk tunduk kepadanya. Kerajaannya kaya raya, dan menjadi pusat ilmu pengetahuan. Sri Sultan Iskandar Muda kemudian menikah dengan seorang Putri dari Kesultanan Pahang. Putri ini dikenal dengan nama Putroe Phang. Konon, karena terlalu cintanya sang Sultan dengan istrinya, Sultan memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman Istana) sebagai tanda cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit-bukit. Oleh karena itu Sultan membangun Gunongan untuk mengubati rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi.
5. Pemilihan pengganti
Iskandar Muda mempunyai putra, Sultan Muda, yang tak banyak keterangannya dalam sumber-sumber (kecuali bahwa ia agaknya hadir dalam arak-arakan tanggal 10 Zulhijjah). Waktu beliau singgah di Aceh, pangeran muda itu sudah tidak di sukai lagi karena di tuduh melakukan komplotan yang secara terperinci tak kami ketahui.
Mengenai hal itu Bustan us-Salatin tak berkata apa-apa, yang di ceritakannya hanyalah bagaimana orang yang kemudian di kenal sebagai Iskandar Tani (lahir kira-kira 1612) pada umur 7 tahun di bawa dari istana pahang yang baru ditaklukkan oleh Iskandar Muda. Karena wajahnya yang menarik ia di senangi Sultan agung itu yang menamakannya Raja bungsu, lalu waktu umurnya 9 tahun, di kawinkan dengan putri Iskandar muda (putri sri alam permaisuri) dan dinamakan Sultan Husain. Ketika Iskandar Muda merasa sudah tiba ajalnya, dan ditunjukkannya menantunya sebagai penggantinya.
Iskandar Muda wafat pada tanggal 29 rajab 1046 H (27 Desember 1636 M ). Sebagaimana sering terjadi apabila seorang tokoh besar wafat, timbullah pertanyaan apakah wafatnya tidak terjadi dengan tidak wajar, maka dalam sepucuk surat yang di tulis Antonio Van Diemen pada tanggal 9 Desember 1637 dapat kita baca bahwa tidak mustahil ia di racun atas desakan orang portugis oleh para wanita yang di kirim raja Makasar ke Aceh sebagai tanda penghormatan.
6. Kebesaran Iskandar
Paduka Sri Sultan, dari raja di raja, yang termansyur karena perang-perang yang pernah dilancarkannya, satu-satunya raja Sumatra, raja yang lebih terkenal dari pendahulu-pendahulunya, yang disegani dalam kerajaannya, dihormati oleh tetangganya, dalam dirinya terjelma raja idaman, cara pemerintahanya adalah satu-satunya yang benar, yang terbentuk seakan-akan logam yang paling murni, yang dihiasi dengan warna –warna yang paling lembut, raja yang tahtanya tinggi serta sempurna, raja sumber kebaikan dan keadilan, seorang raja yang membawahi beberapa raja lain, ia telah menangkap raja Aru, dan semua daerah di priaman, tiku dan barus yang setelah di taklukkan olehnya, sekarang diperintah olehnya, Iskandar Muda mengungkapkan kesukaran-kesukaran yang pernah dialaminya dan yang masih tetap ada dalam usahanya untuk menanam orse baru yang menjadi impiannya, serta sedikit banyak mencoba membenarkan cara keras yang dipakainya.
Bahwa dulu aceh dilihatnya menjadi persembunyian pembunuh dan perampok, yang paling kuat menginjak yang lemah dan yang besar menindas yang kecil, itulah sebabnya ia di benci orang karena ia menghalangi mereka melakukan kejahatan dan pemerasan. Untuk mengakhiri gambaran Iskandar Muda ini, yang kami garis bawahi ialah betapa pandainya pengamat itu sekaligus merasai watak ganda Sultan itu dan memberi penghargaan yang selayaknya mengenai manusianya. Tokoh Iskandar Muda kemudian dibesar-besarkan secara berlebihan seperti lazimnya dalam dongeng.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pihak leluhur ibu, Iskandar Muda adalah keturunan dari Raja Darul-Kamal, dan dari pihak leluhur ayah merupakan keturunan dari keluarga Raja Makota Alam. Darul-Kamal dan Makota Alam dikatakan dahulunya merupakan dua tempat pemukiman bertetangga (yang terpisah oleh sungai) dan yang gabungannya merupakan asal mula Aceh Darussalam. Iskandar Muda seorang diri mewakili kedua cabang itu, yang berhak sepenuhnya menuntut takhta.
Ibunya, bernama Putri Raja Indra Bangsa, yang juga dinamai Paduka Syah Alam, adalah anak dari Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10; dimana sultan ini adalah putra dari Sultan Firman Syah, dan Sultan Firman Syah adalah anak atau cucu (menurut Djajadiningrat) Sultan Inayat Syah, Raja Darul-Kamal.
Putri Raja Indra Bangsa menikah dengan upacara besar-besaran dengan Sultan Mansur Syah, putra dari Sultan Abdul-Jalil, dimana Abdul-Jalil adalah putra dari Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar, Sultan Aceh ke-3.
Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda yang dimulai pada tahun 1607 sampai 1636, merupakan masa paling gemilang bagi Kesultanan Aceh, walaupun disisi lain kontrol ketat yang dilakukan oleh Iskandar Muda, menyebabkan banyak pemberontakan di kemudian hari setelah mangkatnya Sultan. Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya. Menurut seorang penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau. Iskandar Muda wafat pada tanggal 29 rajab 1046 H (27 Desember 1636 M), dan kedudukannya digantikan oleh menantunya.
B.Saran
Dengan kita mempelajari tentang kehidupan Iskandar Muda kita bisa mengetahui bagaimana gambaran serta sifat seorang Iskandar Muda dalam memimpin kerajaan Aceh.
DAFTAR PUSTAKA
Lombard, Denys 1986. Kerajaan aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar