http://sejarah10-usk.blogspot.com/

Rabu, 22 Agustus 2012

dr sun yat sen

Dr Sun Yat Sen Lahir 12 November 1866 di Guang dong Cina, anak seorang petani miskin yang merantau ke Honolulu Hawai Amerika Serikat mengikuti kakak lelakinya untuk menempuh pendidikan. Sut Yat Sen kembali ke Cina tahun 1883, kemudian pindah ke Hongkong untuk menempuh pendidikan kedokteran hingga lulus tahun 1892. Dr Sut Yat Sangat terkenal karena ia merupakan tokoh nasional Cina yang berjuang untuk persatuan nasional Cina, pembangunan ekonomi, dan pembentukan pemerintahan republik. Ia sangat berpengaruh dalam sejarah Cina modern. Dr Sut Yat Sen memutuskan meninggalkan dunia medis dan kembali ke Hawai mendirikan organisasi pergerakan untuk menjatuhkan penguasa Manchu. Langkah ini disebabkan kegundahannya melihat kemerosotan Cina pada masa dinasti Qing yang sangat korup. Setelah kekalahan Cina dalam perang Cina-Jepang tahun 1894-1895 Sun Yat Sen kembali ke Hongkong merancang pemberontakan Guangzhou. Walaupun usahanya ini gagal, namun semangat nasionalisme dan gerakan revolusioner mulai tumbuh di masyarakat Cina terutama di perantauan. Namanya terkenal di dunia internasional setelah ditahan oleh kedutaan Cina di London tahun 1896. Selama 16 tahun berikutnya ia banyak berkelana mempelajari secara intensif pemikiran politik dan ekonomi barat dan membangun arah politik dan ekonomi negerinya. Sun Yat Sen anyak mendapat dukungan secara finansial, moral maupun politik dari dunia internasional. Banyak kolega, koneksi-koneksi luar negerinya yang memberikan bantuan seperti dari pemerintah Jepang tahun 1897. Para intelektual Cina di perantauan juga memberikan dukungan penuh sehingga tahun 1905 ia segera mendirikan T`ung meng Hui (Liga Revolusioner gabungan) yang memberjuangkan tiga visi yaitu nasionalisme, demokrasi dan kesejahteraan rakyat. Gerakan Sun Yat Sen ini akhirnya membuahkan hasil pada bulom Oktober 1911. Dinasti Manchu tidak mampu membendung gelombang pemberontak sehingga awal tahun 1912 Dr Sun Yat Sen terpilih menjadi presiden sementara RRC yang baru didirikan. Namun untuk menghindari perang saudara, ia kemudian mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan kepada Yuan Shikai, mantan menteri pada masa kekaisaran. Ambisi Yuan dalam kekuasaan tercium gelagatnya oleh Sut Yat Sen, sehingga ia segera melancarkan perlawanan hingga menjatuhkannya dari kursi kekuasaan tahun 1916. Dr Sun Yat Sen kemudian mengubah organisasinya menjadi partai politik Kuomintang dan tahun 1917 ia membentuk pemerintahan sendiri di Guangzhou untuk menandingi sisa-sisa penerus Yuan di Beijing. Ia segera memperkuat militer dan menerima bantuan dari Uni Soviet untuk memperkuat pemerintahannya. Pada tahun 1923-1924 ia membentuk aliansi sementara dengan kelompok komunis hingga terbentuklah Kongres Nasional pertama (KMT) dan partai komunis menjadi salah satu anggotanya. Sejak tahun 1923 hingga kematiannya ia tercatat sebagai kepala pemerintahan KMT yang diubahnya sesuai dengan sistem Uni Soviet. Basis massa Sun Yat Sen terutama di Guangzhou berasal dari kelompok pelajar, pekerja, rakyat bawah, dan tentara. Di akhir-akhir hidupnya ia senantiasa berjuang untuk persatuan Cina dengan membujuk berbagai tokoh faksi untuk meninggalkan ambisi pribadi. Setelah ia wafat tanggal 12 Maret 1925, perjuangannya diteruskan oleh Chiang Kai Shek yang akhirnya berhasil menyatukan Cina. Namun Chiang Kai Shek akhirnya juga tersingkir ke Taiwan setelah meletusnya perang saudara antara kelompok nasionalis dengan komunis. Referensi : Buku 100 Tokoh Abad Ke 20 Paling Berpengaruh, Penulis Ready Susanto, Penerbit Nuansa Cendeki

Selasa, 21 Agustus 2012

ACEH BARAT

Sejarah Kabupaten Aceh Barat Wilayah bagian barat Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun pada abad ke XVI Masehi atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara tahun 1588 - 1604 M), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan Aceh yang hidup tahun (1607-1636 M) dengan mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie. Daerah ramai pertama adalah di teluk Meulaboh (Pasi Karam) yang diperintah oleh seorang raja yang bergelar Teuku Keujruen Meulaboh, dan Negeri Daya (Kecamatan Jaya) yang pada akhir abad ke XV M telah berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya adalah Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya. Dari perkembangan selanjutnya, wilayah Aceh Barat diakhir abad XVII telah berkembang menjadi beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh Uleebalang, yaitu : Kluang; Lamno; Kuala Lambeusoe; Kuala Daya; Kuala Unga; Babah Awe; Krueng No; Cara' Mon; Lhok Kruet; Babah Nipah; Lageun; Lhok Geulumpang; Rameue; Lhok Rigaih; Krueng Sabee; Teunom; Panga; Woyla; Bubon; Lhok Bubon; Meulaboh; Seunagan; Tripa; Seuneu'am; Tungkop; Beutong; Pameue; Teupah (Tapah); Simeulue; Salang; Leukon; Sigulai. Dimasa penjajahan Belanda, melalui suatu perjanjian (Korte Verklaring), diakui bahwa masing-masing Uleebalang dapat menjalankan pemerintahan sendiri (Zelfsbestuur) atau swaparaja (landschap). Oleh Belanda Kerajaan Aceh dibentuk menjadi Gouvernement Atjeh en Onderhorigheden (Gubernemen Aceh dan Daerah Taklukannya) dan selanjutnya dengan dibentuknya Gouvernement Sumatera, Aceh dijadikan Keresidenan yang dibagi atas beberapa wilayah yang disebut afdeeling (propinsi) dan afdeeling dibagi lagi atas beberapa onderafdeeling (kabupaten) dan onderafdeeling dibagi menjadi beberapa landschap (kecamatan). Seluruh wilayah Keresidenan Aceh dibagi menjadi 4 (empat) afdeeling yang salah satunya adalah Afdeeling Westkust van Atjeh atau Aceh Barat dengan ibukotanya Meulaboh. Afdeeling Westkust van Atjeh (Aceh Barat) merupakan suatu daerah administratif yang meliputi wilayah sepanjang pantai barat Aceh, dari gunung Geurutee sampai daerah Singkil dan kepulauan Simeulue serta dibagi menjadi 6 (enam) onderafdeeling, yaitu : 1. Meulaboh dengan ibukota Meulaboh dengan Landschappennya Kaway XVI, Woyla, Bubon, Lhok Bubon, Seunagan, Seuneu'am, Beutong, Tungkop dan Pameue; 2. Tjalang dengan ibukota Tjalang (dan sebelum tahun 1910 ibukotanya adalah Lhok Kruet) dengan Landschappennya Keluang, Kuala Daya, Lambeusoi, Kuala Unga, Lhok Kruet, Patek, Lageun, Rigaih, Krueng Sabee dan Teunom; 3. Tapaktuan dengan ibukota Tapak Tuan; 4. Simeulue dengan ibukota Sinabang dengan Landschappennya Teupah, Simalur, Salang, Leukon dan Sigulai; 5. Zuid Atjeh dengan ibukota Bakongan; 6. Singkil dengan ibukota Singkil. Di zaman penjajahan Jepang (1942 - 1945) struktur wilayah administrasi ini tidak banyak berubah kecuali penggantian nama dalam bahasa Jepang, seperti Afdeeling mejadi Bunsyu yang dikepalai oleh Bunsyucho, Onderafdeeling menjadi Gun yang dikepalai oleh Guncho dan Landschap menjadi Son yang dikepalai oleh Soncho. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 7 (Drt) Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara, wilayah Aceh Barat dimekarkan mejadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Selatan. Kabupaten Aceh Barat dengan Ibukota Meulaboh terdiri dari tiga wilayah yaitu Meulaboh, Calang dan Simeulue, dengan jumlah kecamatan sebanyak 19 (sembilan belas) Kecamatan yaitu Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya; Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang. Sedangkan Kabupaten Aceh Selatan, meliputi wilayah Tapak Tuan, Bakongan dan Singkil dengan ibukotanya Tapak Tuan. Pada Tahun 1996 Kabupaten Aceh Barat dimekarkan lagi menjadi 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Barat meliputi kecamatan Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya dengan ibukotanya Meulaboh dan Kabupaten Adminstrtif Simeulue meliputi kecamatan Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang dengan ibukotanya Sinabang. Kemudian pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5, Kabupaten Aceh Barat dimekarkan dengan menambah 6 (enam) kecamatan baru yaitu Kecamatan Panga; Arongan Lambalek; Bubon; Pantee Ceureumen; Meureubo dan Seunagan Timur. Dengan pemekaran ini Kabupaten Aceh Barat memiliki 20 (dua puluh) Kecamatan, 7 (tujuh) Kelurahan dan 207 Desa. Selanjutnya pada tahun 2002 kabupaten Aceh Barat daratan yang luasnya 1.010.466 Ha, kini telah dimekarkan menjadi tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat dengan dikeluarkannya Undang-undang N0.4 Tahun 2002

aceh dengan muammar khadafi

SEPENGGAL KISAH ANTARA MUAMMAR KHADAFI DENGAN ACEH Tertembaknya mantan pemimpin Libya Muammar Khadafi meninggalkan duka bagi sebagian orang Aceh. Setidaknya, itulah yang dirasakan Ligadinsyah, mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pernah kuliah, sekaligus ikut pelatihan militer di kamp Tajura, Libya. Bagi Liga, tanpa Khadafi, tak pernah ada angkatan perang GAM. Bahkan, sebagian anggota GAM pernah jadi pengawal Khadafi. Dua tahun di Libya, meninggalkan kenangan mendalam bagi Ligadinsyah. Liga yang ketika itu masih berusia 24 tahun terpilih sebagai salah satu dari lima pemuda Aceh yang mendapat beasiswa kuliah di Al Fatah University, Tripoli, tahun 1986. Dia mengambil jurusan bahasa Arab. "Kami kuliah di sana atas rekomendasi almarhum Teungku Hasan Tiro," kata Liga yang kini berusia 48 tahun kepada The Atjeh Post, Jumat (21/10). Menurut Ligadinsyah, tak lama setelah dia ke Libya, barulah gelombang pemuda Aceh lainnya dikirim ke sana untuk ikut pelatihan militer. "Tahun 1987, saya dipercaya sebagai penerjemah untuk kawan-kawan dalam latihan militer. Saat libur kuliah, saya juga ikut bergabung dalam pelatihan militer," kenangnya. Meski pemberontakan GAM dimulai tahun 1977, pendidikan militer secara besar-besaran memang baru dimulai pada 1986-1990. Maka tumpah ruahlah sekitar seribuan pemuda Aceh ke Libya. Mereka dikirim dalam tiga gelombang. Alumni Libya inilah yang kemudian menjadi tulang punggung pergerakan GAM. Bahkan, Muzakir Manaf, mantan Panglima GAM yang kini menjadi ketua Partai Aceh adalah mantan alumni Libya. Terletak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Tripoli dan berada di pinggir laut, kamp Tajura adalah salah satu kamp pelatihan yang diperuntukkan bagi kelompok 'bermasalah' dengan negaranya. Kata Lingga, Khadafi menyebutnya: pelatihan untuk orang-orang tertindas dan terzalimi di negaranya. "Setahu saya, dananya dari anggaran belanja resmi Libya. Khadafi bilang itu bantuan resmi untuk orang-orang yang terzalimi di negaranya," kata Liga. Selain dari Aceh, kata Lingga, pelatihan militer itu diikuti 'pemberontak' dari Pattani (Thailand), Moro (Philipina), Amerika Latin dan Afrika. Sejauhmana kedekatan Hasan Tiro dengan Khadafi? Menurut Ligadinsyah, hubungan keduanya cukup dekat. Bahkan, Hasan Tiro dipercaya sebagai ketua Makbatabah Al Alami, sebuah lembaga nonstruktural yang menjadi penasehat politik Khadafi. Selain itu, Tiro juga didaulat menjadi President COmmittee peserta pelatihan militer, membawahi peserta dari negara-negara lain. "Tingkat kepercayaannya kepada Teungku Hasan sangat tinggi. Teungku Hasan juga cukup populer di kalangan tangan kanan Khadafi," kata Ligadinsyah. Ligadinsyah juga masih ingat benar, sejumlah lulusan terbaik GAM di Tanjura pernah menjadi pengawal pribadi di ring satu Khadafi. Baginya, Libya dan Khadafi adalah cikal bakal angkatan perang Aceh Merdeka."Kalau Indonesia standar militernya Amerika, angkatan perang GAM dulu kiblatnya ke Libya." Sederet kenangan dan hubungan itulah yang membuat Ligadinsyah merasa terenyuh ketika di televisi, ia melihat Khadafi tewas dan diperlakukan tidak manusiawi pada Kamis (20/10) pagi. "Secara pribadi saya sedih juga dan tidak simpati kepada tindakan-tindakan kekerasan seprti itu. Apapun cerita, dia pemimpin yang pernah membebaskan Libya dari tirani Raja Idris itu dan pemimpin yang disegani di negara-negara Arab. Harusnya dia diperlakukan lebih manusiawi," ujarnya. Kini, Khadafi dan Hasan Tiro telah tiada. Mereka pergi dengan meninggalkan jejak sejarah antara Aceh dan Libya.[] Penulis : Yuswardi A Suud Sumber : AtjehPost